Gus Dur
Satu Rabu sore 30 Desember 2009, saya sedang kongkow dengan beberapa teman di Cilandak. Entah mulanya apa, obrolan ngalor ngidul itu sampai pada topik Gus Dur. Saya berkisah kepada teman-teman tentang Gus Dur, yang ringan-ringan, termasuk tentang bagaimana perhatian beliau terhadap sejarah, disiplin ilmu kami semua. Magrib terlewat, beberapa sms masuk “ Innalillahi wa Inna ilaihi Roji’un Gus Dur meninggal sore ini” sontak melalui TV kami beramai menonton berita yg terus memantau “kiamat kecil dunia itu”. Saya masygul mengontak dua nama, Inayah Wahid dan Seno. Keduanya, tak menjawab. Baru beberapa saat kemudian Seno, menjawab dari seberang telpon dengan suara parau, ya Pak Dur meninggal. Saya tidak menangis, Gus Dur bukan bapak saya. Dan saya cukup bisa menerima kenyataan itu, usianya menjelang 70 tahun. Lumayan uzur, ia lebih uzur daripada kakeknya yang meninggal pada usia 50an tahun dan apalagi ayahnya yang juga wafat pada usia 40 an tahun. Selain itu, saya tahu Inay memang setahun in...