RAHASIA EMAS HINDIA BELANDA

Ini adalah kisah yang sesungguhnya. Kisah yang benar terjadi. tentang Rahasia Emas Hindia Belanda. Saya tuliskan untuk anda. dan kita harus berterima kasih kepada R. Hardjo Santoso, sebagai "papi" dan sekaligus "Guru" saya yang banyak memberi pengetahuan baru,untuk kisah perbankan, khususnya untuk kisah-kisah pada masa kolonial!
Mulanya
Pada akhir dekade 1930 an perang dunia sekali lagi tersulut di Eropa, sebut saja Perang Dunia II. Perang ini kemudian menjalar dan mempengaruhi kondisi negara-negara di seluruh dunia. Kita ketahui, sesudah Perang Dunia I (1914-1918) lahirlah tiga negara totaliter di dunia, yaitu NAZI Jerman, Fasis Italia dan negara Komunis Uni Soviet. Sementara itu di Asia, Jepang juga muncul sebagai negara totaliter. Keempat negara inilah yang nantinya akan terlibat dalam Perang Dunia II menghadapi negara-negara Sekutu.

Perang Dunia II dimulai dengan serangan Jerman terhadap Polandia pada akhir 1939. Serbuan itu ditanggapi dengan permakluman perang dari Inggris dan Perancis terhadap Jerman. Dalam rentang 1939 hingga 1942, pihak Fasis dapat memperoleh kemenangan dengan cepat.

Bagaimana dengan Hindia Belanda?
Deman Perang Dunia II yang telah berkecamuk di Eropa telah menginspirasikan adanya usaha antisipasi pertahanan di Hindia Belanda. Ketika ancaman Jepang berupa ekspansi teritorial semakin nyata, pemerintah Hindia Belanda segera membenahi diri untuk urusan-urusan pertahanan. Sebelumnya pada April 1936 dibawah kekuasaan Gubernur Jenderal GG de Jonge, pemerintah membentuk suatu Dewan Mobilisasi Negara (Staatsmobilisarieraad).

Pada Maret 1936 Dewan Mobilisasi itu untuk pertama kali mengadakan pertemuan. Ada dua pertanyaan pokok yang dibahas dalam pertemuan itu, yaitu bagaimana cara mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi serangan Jepang dan apa yang harus dilakukan jika Hindia Belanda, sebagian atau seluruhnya, jatuh ke tangan Jepang. Berkaitan dengan itu Dewan Mobilisasi mempunyai perhatian yang besar terhadap pelabuhan Cilacap, yang diharapkan mampu memainkan peranan jika pelabuhan-pelabuhan pantai utara diserang musuh. Teorinya, datang dari Utara lari dari Selatan!

Untuk itu secara khusus dibentuk Komisi Pelabuhan Cilacap pada 21 Juni 1938 guna mempersiapkan pelabuhan Cilacap agar siap untuk menampung aktifitas perdagangan di masa perang maupun di masa damai. Dalam rentang 1939 – 1940 pemerintah Hindia Belanda terus menyiapkan segala sarana, prasarana dan infrastruktur pelabuhan Cilacap. Sarana telekomunikasi, transportasi menuju ke Cilacap terus diperbaharui agar distribusi dari Pusat ke Cilacap berjalan lancar, selain itu kemampuan pelabuhan juga terus ditingkatkan.(Susanto, 2002)

Rencana pertahanan di Cilacap mulai terlihat pada tahun 1940, seiring dengan semakin memanasnya suhu perang di Eropa. Pada 11 Desember 1941 Departemen Angkatan Laut Hindia Belanda menetapkan bahwa lalu lintas kapal dari dan ke Jawa sebanyak mungkin dilakukan melalui pelabuhan pantai selatan. Akan tetapi karena kapasitasnya terbatas maka tetap diperlukan juga dua pelabuhan di utara, Tanjung Priok, Jakarta dan Tanjung Perak, Surabaya.

Setelah Tanjung Perak telah menjadi sasaran empuk pemboman pertama pesawat tempur Jepang (awal Februari 1942), hampir semua buruh pelabuhan pribumi meninggalkan pekerjaannya. Dan Cilacap kemudian mendadak menjadi penuh sesak dengan para pengungsi. Pada pergantian tahun 1941-1942, tampak lebih banyak kapal masuk ke Pelabuhan Cilacap, sehingga pelabuhan tersebut tampak penuh sesak. Terlebih lagi ketika pelabuhan Tanjung Priok berhasil diruntuhkan pertahanannya, dengan terbakarnya tangki minyak di pelabuhan. Sejak saat itu hubungan laut dan pertahanan Hindia Belanda tampaknya bergantung pada Pelabuhan Cilacap. Cilacap berperan sebagai pelabuhan evakuasi bagi orang Belanda militer atau sipil. Ribuan perwira dan prajurit kebanyakan dari Surabaya di evakuasi ke Australia atau Kolombo, Srilanka dari Cilacap.

Apa yang tersimpan di Hindia Belanda?
Dalam keadaan perang, apa lagi yang patut diselamatkan selain nyawa manusia? Tentunya harta! Dan pada saat itu kekayaan Hindia Belanda berupa simpanan logam mulia, baik emas atau perak, dapat dikatakan adalah harta paling berharga yang sebagian tersimpan di Jawa. Selain untuk diperjual-belikan, emas atau perak juga disimpan oleh bank sentral sebagai cadangan yang menjamin uang kertas yang diedarkannya. Tanpa emas, proses moneter tak akan bisa berjalan. Tanpa moneter, tanpa uang apa artinya sebuah kekuasaan? Itulah rahasia yang tersimpan di Hindia Belanda, di Jawa!

Sebelum datangnya Jepang ke wilayah Hindia Belanda, tepatnya pada pertengahan Juni 1941, Buttingha Wichers, Presiden Bank Jawa, telah memperingatkan Hindia Belanda, bahwa perang dunia yang berkecamuk di Eropa akan sampai ke Hindia! Harus segera dipikirkan bagaimana mengamankan emas Hindia Belanda? Harus dibangun suatu khazanah perang di pedalaman Jawa untuk melindungi emas Hindia sebesar 190 ton atau senilai 380 juta gulden itu (sebagian besar justru tersimpan di negeri Belanda). Jika kalah perang, nantinya dengan mudah membawanya serta dalam pelarian ke luar Hindia melalui pantai Selatan! Maka, Bandung-lah pilihannya!

Sebelumnya, mendahului Jawa, di negeri Belanda, pada bulan-bulan pertama tahun 1940, sebagian emas Hindia yang tersimpan di negeri Belanda, yaitu seberat 125 ton dan bernilai sekitar 250 juta gulden telah berhasil dikapalkan ke Amerika Serikat.

Sementara di Hindia Belanda, dibawah tekanan peperangan yang berkecamuk, tepatnya pada 8 Januari 1942, ketika itu Jepang telah menduduki Hongkong, Malaka Utara, dan Kalimantan Utara, giliran simpanan emas Hindia yang diungsikan ke luar negeri, yaitu ke Australia, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.

Tepat menjelang kedatangan Jepang di pulau Jawa, yaitu 28 Februari 1942, semua simpanan emas Hindia telah aman berlayar menuju Australia dan Afrika Selatan. Pemindahan tersebut dilakukan, terutama melalui pelabuhan Cilacap, selain Tanjung Priok. (A.R. Kelder, De goudverschepingen van DJB in WO II dalam de Blauwe Wimpel, edisi 19 Oktober 2006 hal. 392-395)

Dengan bantuan tentara KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger) untuk pengamanan transportasi darat dari Bandung menuju Tanjung Priok dan juga ke Cilacap. Melalui kantor cabang Bank Jawa di Cilacap, sisa simpanan emas Hindia dibagi ke dalam kapal-kapal yang telah disiapkan. Pada saat itu emas Hindia yang masih tersisa dalam khazanah perang di Bandung adalah seberat sekitar 60 ton atau senilai 120 juta gulden.

Bagaimana Mengungsikan Emas Hindia ?
Maka dengan pertimbangan besarnya resiko telah dipilih sebanyak 12 kapal yang masing-masing memuat 10 juta gulden dengan berat 5.000 kg. Rencana pemberangkatan 12 kapal tersebut tidak berjalan dengan lancar. Akibat mendesaknya situasi perang, pengapalan emas moneter ke luar Hindia Belanda hanya menggunakan 7 kapal, sehingga setiap kapalnya harus memuat lebih dari rencana semula.

Dari tujuh kapal itu, hanya lima kapal pengangkut yang diketahui identitasnya, yaitu:
1. KM Phrontis (1926, 6.181 brt) nahkoda J. Hendriks Jansen, MP “Ocean”, tiba di Tg. Priok 13 Februari 1942, dimuat emas pada 19 Februari 1942, berangkat 20 Februari 1942 ke Geelong, di Melbourne, Australia.
2. KM Java (1939, 11.927 brt) nahkoda W. Persson, MP “Nederland”, berangkat dari Tg. Priok 20 Februari 1942 ke New York, tiba 17 Maret 1942.
3. KM Tegelberg (1938, 14.150 brt) nahkoda JW Zuyderhoudt, MP “KPM” berangkat dari Cilacap 16 Februari 1942 ke Afrika Selatan dengan muatan 25 juta gulden = 12,5 ton, tiba di Durban awal Maret 1942
4. KM Tjitjalengka (1939, 10.972 brt) nahkoda J. Adriaanse, MP “Java-China –Japan Lines” berangkat dari Cilacap 21 Februari 1942 dengan dikawal oleh KM Willem v.d. Zaan tiba di Melbourne 5 Maret 1942.
5. KM Jagersfontein (1934, 10.083 brt) nahkoda M.A. van der Est, MP NSM berangkat dari Cilacap 21 Februari 1942 dengan dikawal oleh KM Willem v.d. Zaan tiba di Melbourne 4 Maret 1942.
(brt. = berat kotor dalam ton)

Bagaimana Nasib Emas Hindia Selanjutnya?
Bagaimana nasib emas Hindia Belanda itu? Selamatkah dari sergapan pesawat-pesawat pemburu Jepang yang gencar memborbardir Cilacap dan Tanjung Priok! Nasib emas itu dapat diketahui melalui salah satu telegram pejabat Hindia Belanda. Dalam kawat terakhirnya pada tanggal 5 Maret 1942 kepada pemerintah Belanda yang bermukim dalam pengungsian di London, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Perdana Menteri Pieter Sjoerds Gerbrandy mengenai keadaan persediaan emas Hindia Belanda. Kawat itu berbunyi sebagai berikut :
“menunjuk : telegram Tuan No. 66 : Butir 5 : Persediaan emas Java Bank dengan pasti telah aman tiba di luar negeri, namun penegasan resmi belum kami terima. Rincian nilainya dalam jutaan gulden berturut-turut adalah sebagai berikut : New York 250,2 ; Australia 9,2 ; Australia dalam pelayaran 74; Afrika Selatan 14,5 ; Afrika Selatan dalam pelayaran 30,8 ; Jumlah 378,7. Emas tersebut tidak terlantar--- Starkenborgh”

Emas Hindia Belanda itu selamat. Dan setelah dikapalkan ke luar Hindia Belanda, ternyata emas itu disimpan dalam khazanah Commonwealth Bank of Australia dan di dalam khazanah de Reserve Bank van Suid Afrika di Pretoria, Afrika Selatan. Demikianlah kisah rahasia emas Hindia Belanda itu! Kisah yang sesungguhnya!

Comments

Prasetya Utama said…
Harus dikoreksi, PD II, meletus bukan empat negara melawan sekutu, tetapi tiga negara yaitu Negara Poros (Jerman, Italia dan Jepang) melawan negara Sekutu (Rusia, Amerika, Eropa dan Cina). baru sesudah perang dunia II, muncul Perang Dingin antara Blok Komunis dan Blok AS, Eropa berebut pengaruh pengaruh di daerah-daerah bekas jajahan, melalui perlombaan senjata dan bantuan-bantuan dana pembangunan. Untuk tidak menjadi korban perang dingin Soekarno, presiden Indonesia I, membentuk poros negara-negara yang baru berkembang yaitu melalui KAA dan Conefo, Ganefo dll. sisanya ya Stadion Senayan, Rumah Sakit persahabatan dll.

Popular posts from this blog

Museum Maritim Indonesia: Minidiorama dan Diorama Ruang (3)

Jung Jawa

Museum Bank Indonesia :Sepenggal kisah proses pembangunan (2004 – 2009) Bagian 1