Bagaimana Kita membangun Museum?

Dalam sejarah permuseuman di Indonesia ataupun dunia, kita tidak bisa melepaskan keterkaitan antara Perpustakaan dan Museum. Keduanya selalu berhubungan erat. Lembaga museum yang tertua di dunia dirintis oleh Ptolemaeus I sekitar tahun 300 SM. Sebelum Masehi di kota Iskandaria, Mesir Kuno. Jauh sebelum mendirikan museum, pada tahun 2500 SM di Iskandaria telah terlebih dahulu berdiri perpustakaan dengan beribu-ribu gulungan kertas papyrus yang berisi tulisan ilmiah. Pada saat itu museum diperlakukan tidak hanya sebagai penyimpanan benda kuno, tapi sebagai semacam akademi pengetahuan yang bekerja sama erat dengan lembaga perpustakaan.    
 
Di Indonesia pada 1778, tepatnya di Batavia didirikan museum dan sekaligus perpustakaan atas prakarsa J.C.M. Radermacher, anggota teras dari Lembaga Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia. Museum dan perpustakaan inilah yang kemudian tumbuh menjadi Museum Nasional yang kita kenal dengan Museum Gajah (1862). Museum itu juga mengambil bentuk yang sama dengan museum tertua di Iskandaria, yaitu memadukan antara perpustakaan dan museum. 
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil pemujaan terhadap Muses, dewa yang berhubungan dengan kegiatan seni. Museion merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Salah satu dari sembilan Dewi tersebut ialah: MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi. 
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan. 
Dewasa ini di Indonesia mulai banyak museum yang dibangun, baik oleh institusi pemerintah, lembaga swasta, atau individu tokoh dan keluarga. Salah satu museum tokoh yang baru berdiri pada tahun 2009 yang lalu adalah Museum Jenderal Besar AH Nasution, yang menggunakan rumah dinas almarhum sebagai bangunan museum. Sebelumnya, Jenderal Soesilo Soedarman juga membangun museum pribadi di kota kelahiran beliau di Cilacap, dan banyak lagi museum tokoh-tokoh yang telah didirikan, terutama tokoh-tokoh dari kalangan militer. 
Sedangkan untuk tokoh sipil, di Indonesia belum ditemukan museum yang mengabadikan pengabdian, pemikiran dan sejarah hidup mereka. Umumnya para keluarga tokoh-tokoh ini hanya sebatas menghimpun koleksi buku sang tokoh untuk diabadikan dalam perpustakaan, baik yang dikelola secara mandiri (Keluarga Moh Hatta, Umar Kayam, Tan Malaka) atau diserahkan kepada lembaga (Miriam Budihardjo, Soemitro, Selo Soemardjan, dll.) Sementara itu untuk Presiden Republik Indonesia, baru Presiden Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia yang mempunyai museum pribadi berupa koleksi karya seni, koleksi cinderamata, dan kisah sejarah keluarga besar dengan menempati satu bangunan megah di komplek Taman Mini Indonesia Indah. 
Untuk Presiden Soekarno, kita belum banyak mendengar tentang adanya museum khusus yang mengabadikannya, tapi di Indonesia ada beberapa site bersejarah yang diklaim sebagai site sejarah Soekarno seperti di Lampung, Blitar, dan beberapa daerah yang pernah disinggahi oleh Soekarno. Adapun Amerika Serikat adalah salah satu negara di dunia yang telah mengabadikan sejarah kehidupan para presidennya yang telah wafat dalam suatu museum khusus. Di kawasan Asia Tenggara, tidak banyak negara yang telah memiliki museum untuk mengabadikan jejak sejarah para tokoh yang pernah memimpin negara mereka.

PROSES PEMBENTUKAN MUSEUM
Secara umum proses pembangunan museum dapat melalui beberapa tahap berikut :


TAHAPAN TEKNIS PEMBANGUNAN
Berdasarkan tahapan tersebut di atas, tahapan teknis pembangunan museum dapat kita lakukan sesuai dengan besarnya volume materi dan kelengkapan informasi yang kita inginkan dalam display museum. Proses tersebut dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut: 

1. Penentuan Lokasi Museum. Museum bisa menggunakan bangunan bersejarah milik keluarga atau publik atau pemerintah yang sudah ada, atau bagian bangunan dalam komplek rumah tinggal keluarga, atau membuat bangunan baru. Selain mengutamakan sisi historis dari bangunan museum, yang perlu diperhatikan adalah lokasi yangi strategis agar mudah dijangkau oleh pengunjung museum. 
2. Mengimpun koleksi. Koleksi yang dihimpun adalah koleksi buku, photo, catatan harian, dan benda bersejarah lainnya, lengkap dengan keterangan dan kisah di balik semua koleksi. Sesudah itu koleksi dihimpun di suatu tempat untuk dilakukan proses katalogisasi koleksi.
3. Menyusun Story-line. Garis besar sejarah tokoh keluarga atau suatu komunitas yang ingin ditampilkan dalam display museum harus segera ditentukan setelah melalui proses penelitian sejarah yang difokuskan pada penelitian literature ilmiah, arsip, kliping surat kabar, footages foto dan film documenter, wawancara narasumber. 
4. Mendisain Interior Ruang Museum dan Perpustakaan. Setelah terlebih dahulu menentukan alur dan pola ruang museum, berdasarkan kebutuhan yang didinginkan, desain interior segera dapat dilaksanakan dengan menggunakan tenaga professional. 
5. Mendesain Grafis Display Museum. Secara simultan, tim interior bekerjasama dengan tim desain grafis untuk menentukan nuansa yang diinginkan dalam museum. Sementara itu tim grafis juga dibantu oleh tim riset, tim film dan fotografer dalam menyediakan kebutuhan footages gambar untuk kepentingan disain museum. 
6. Kontraktor pembangunan desain interior siap untuk melakukan pembangunan. 
7. Kontraktor cetak grafis siap menempelkan disain grafis pada desain interior yang telah ditentukan. 
8. Tim display menyusun display museum, menyusun instalasi ruang, peletakan koleksi sejarah, dsb.

SIAPA SAJA YANG TERLIBAT?
Sumber daya manusia yang diperlukan dalam membangun suatu museum pribadi adalah sebagai berikut: 
1. Management pembangunan (ditetapkan berdasarkan kesepakatan) 
2. Art Director 
3. Narasumber dan Pentashih Teks Sejarah 
4. Tim Desain Interior 
5. Tim Desain Grafis 
6. Tim Riset Sejarah 
7. Tim penulis teks, notasi dan penterjemah bahasa 
8. Tim Pustakawan 
9. Fotografer 
10. Kontraktor 
11. Tim curator dan konservator benda sejarah (bila diperlukan) 
12. Tim display museum 
13. Tim Multimedia (tentative) 
14. Animator (tentative) 
15. Tim editor footages film documenter dan pembuat film documenter (tentative)

ALUR KERJA SUATU TIM PEMBANGUNAN MUSEUM
Secara sederhana dapat juga disusun suatu struktur kerja yang dapat mempermudah proses pembangunan museum. Dalam struktur tersebut diatur job deskripsi kerja masing-masing tim atau tenaga yang terlibat, alur komunikasi dan kerjasama, dan hal lainnya yang dapat mempermudah proses kerja suatu tim.
Demikianlah secara ringkas rencana kerja dalam membangun suatu museum. Di Indonesia berbagai tema sejarah, seni, atau hal hal terkait every day live yang masih belum tersentuh sebagai objek tema dalam museum. Maka, mari terus kita tumbuh kembangkan museum di sekitar kehidupan kita, sebagai sarana edukasi, rekreasi dan kontemplasi! Selamat berencana dan bekerja!

Comments

Popular posts from this blog

Perbankan masa VOC

Detik-Detik Menjelang Bubarnya Konstituante

Museum Maritim Indonesia: Minidiorama dan Diorama Ruang (3)