Andy Warhol diantara Kids Zaman Now

“An artist is some body who produces things that people don’t need to have”

begitu kira-kira Andy Warhol dengan sinis menyampaikan pendapatnya menyangkal kalangan abstrak ekspresionis ketika pertama kali mengusung pop art. Karya seni yang adiluhung, susah dimengerti, coba dilawan oleh Warhol dengan karya seni yang menampilkan objek remeh temeh, akrab dalam keseharian, tapi semua orang menggunakannya. Dan terbukti dengan caranya, beberapa decade berikutnya pengaruh pop art Warholian masih meninggalkan jejak kuat hingga saat ini. 


Tapi menariknya, generasi muda zaman sekarang, yang entah kenal Warhol atau tidak cukup menikmati berbagai karya seni rupa, apapun bentuknya, apapun alirannya, asalkan enak dilihat, bagus diabadikan, dan akan hits jika diupload ke media sosial. Generasi muda  zaman sekarang menyebutnya sebagai karya atau objek yang instagramable! (merujuk kepada aplikasi Instagram yang banyak mereka gunakan) Bagi mereka, pemahaman tentang karya seni nomor sekian, yang penting bisa menyatu atau terlibat dalam suatu objek atau karya seni dan akan menjadi hits saat dipublikasikan.

Kebetulan pada awal tahun ini ada beberapa pameran seni yang menarik di Indonesia, terutama di Jakarta dan Yogyakarta (sejauh yang saya hadiri lho….) yang menyedot perhatian banyak kalangan, terutama anak-anak muda. Mereka hadir beramai-ramai dalam satu kelompok atau berduaan dengan pacar atau teman dekat mereka. Saya kebetulan amati kehadiran mereka dan saya dapatkan pemandangan sebagai berikut:



Itulah, hari ini generasi muda zaman sekarang yang belakangan disebut kids zaman now sangat antusias dengan berbagai macam pameran karya seni. Cukup menggembirakan sih, setidaknya berbeda dengan pendapat Warhol di atas, ternyata apa yang di buat seniman menjadi penting bagi generasi ini, penting untuk bersosialisasi (gaul), berguna bagi eksistensi mereka dalam kancah media sosial, dan tentu ada beberapa yang memanfaatkan untuk menambah input pengalaman dan pengetahuan. Yang menyedihkan adalah ada beberapa diantara generasi ini yang berlebihan dalam mengapresiasi karya seni, terlalu ingin terlibat bersama, sehingga merusak karya seni itu. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin benar-benar memerhatikan karya seni yang dipamerkan, ya harus benar-benar sabar hadir bersama pemburu objek instagramable ini.


Dalam satu pameran  di Taman Ismail Marzuki beberapa waktu yang lalu, saya menguping ujaran salah seorang penyelenggara pameran, “heran gua sama anak-anak muda ini, nggak nyangka mereka sukak lho, tapi giliran sesi diskusi pada sepi!”. Pada titik ini, menyoal budaya selfie dan hadir bersama dalam objek yang instagramable akhir-akhir ini, saya kira nggak hanya menjangkiti anak-anak muda, tapi hampir semua kalangan pengguna sosial media yang aktif. Apakah ini salah? Saya jadi ingin kembali ke ujaran Andy Warhol, 
in the future everybody will be world famous for fifteen minutes”. 

Ya tentu dalam dunia menurut imajinasi masing-masing. Selamat ngeksis!

Comments

Popular posts from this blog

Perbankan masa VOC

Museum Maritim Indonesia: Minidiorama dan Diorama Ruang (3)

Detik-Detik Menjelang Bubarnya Konstituante