Galeri Nasional Indonesia: sekilas sejarah


Galeri Nasional Indonesia (GNI) sebagai lembaga budaya negara dan juga yang berfungsi sebagai museum seni rupa modern dan kontemporer memiliki sejarah yang panjang. Secara resmi lembaga yang berdiri sejak 8 Mei 1999 tersebut terbentuk dari beberapa proses gagasan, kebijakan, dan berbagai upaya dari pemerintah dan para seniman Indonesia untuk memiliki lembaga yang mengabadikan hasil kesenian dan kebudayaan Indonesia, serta terus mengembangkannya dari masa ke masa. Tentunya, sebagai suatu lembaga kebudayaan, keberadaan GNI tidak mewujud begitu saja, tapi terkait dengan usaha dan wacana yang tercetus pada masa sebelumnya. 
Ada kisah sejarah yang terbentang panjang yang menjadi latar belakang atau penyambung kisah GNI, dari mulai tercetusnya proyek Wisma Seni Nasional pada pemerintahan Presiden Sukarno, lalu berdiri Gedung Pameran Seni Rupa Depdikbud pada masa pemerintahan Soeharto hingga berdiri GNI secara resmi pada Mei 1998. Banyak gagasan yang bertebaran, banyak usaha dan keterlibatan pelaku sejarah dalam mewujudkan GNI, membentuknya, mengembangkannya, dan kemudian mencitakannya untuk kepentingan generasi yang akan datang.
Jim Supangkat misalnya, dalam suatu reportase media mengatakan “selama ini orang susah melihat karya-karya asli yang hanya disimpan kolektor, dengan GNI hal demikian tidak terjadi lagi (Kompas, 16 Maret 1998). Surat kabar Pelita pada 25 Februari 1999 menuliskan “Galeri Nasional Indonesia Wujud Reformasi Budaya”. Lalu pelukis Abbas Alibasyah mengatakan kepada media bahwa keberadaan GNI punya tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan dan edukasi masyarakat. Minimnya apresiasi masayarakat terhadap seni rupa merupakan tantangan bagi GNI. “Galeri Nasional selain menjalankan tugas sebagaimana galeri seni, juga punya misi edukatif yang tak ringan”, begitu katanya (Terbit, 8 Mei 1999)
Sejarah mencatat, GNI terus berkembang hingga pemerintahan berganti dari satu presiden kepada presiden lainnya. Perkembangan itu seiring dengan berbagai perubahan kebijakan pemerintah dan harapan yang terus disampirkan di atas pundak GNI. Pada periode awal GNI yang telah memiliki koleksi sejumlah 1700 karya seni rupa telah hadir sebagai wahana studi masyarakat dalam rangka mengenali perjalanan seni rupa Indonesia (Media Indonesia, 17 Mei 2002). Selanjutnya pada 2005, Kementerian Kebudayaaan dan Pariwisata yang pada masa itu membawahi GNI sempat menyatakan bahwa GNI secara bertahap akan dikembangkan sebagai Pusat Kebudayaan Nasional. Menurut kementerian pada saat itu, GNI cukup tepat dijadikan pusat kebudayaan karena berada pada posisi yang strategis di tengah kota dan dekat dengan Museum Nasional (Kompas, 19 Februari 2005). 

Saat ini, GNI telah hadir lebih dari dua dekade mewarnai perkembangan seni dan budaya Indonesia. Banyak tokoh-tokoh pelaku sejarah yang memiliki kesaksian tentang GNI telah tiada, padahal kesaksian mereka sangat berharga untuk merekonstruski gagasan masa lalu tentang pengembangan kesenian dan kebudayaan yang dapat kita jadikan pijakan untuk merumuskan fungsi dan peran GNI di masa yang akan datang. Tentunya upaya pendokumentasian proses dan perkembangan GNI juga telah dilakukan melalui sebuah buku 15 Tahun Galeri Nasional Indonesia Proses & Progresyang diterbikan Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2013. 
Dalam kata pengantar buku tersebut, Tubagus Andre Sukmana (2013) menyatakan bahwa sebagai institusi negara yang mempunyai peranan dalam melaksanakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan karya seni rupa di tanah air, GNI selalu berupaya berperan aktif dalam berbagai program seperti kajian, pendokumentasian, dan publikasi yang membangun kesadaran publik akan pentingnya dokumentasi data dan peristiwaa. Menurut Andre, di masa yang akan datang GNI diharapkan dapat menjadi pusat arsip dan dokumentasi seni rupa Indonesia. 
Dari berbagai eksplanasi tersebut di atas, secara ringkas dapat dikatakan, meneliti, mengkaji, menelusuri sejarah GNI sama juga dengan meneliti, mengkaji, dan menelusuri sejarah seni rupa, sejarah seni dan kebudayaan Indonesia yang merentang dari masa lalu hingga masa sekarang. Buku ini adalah langkah awal dari penelusuran itu, selamat menikmati! Hubungi Galeri Nasional Indonesia untuk mendapatkan copy-nya.

Comments

Unknown said…
Strange "water hack" burns 2lbs overnight

More than 160 thousand men and women are hacking their diet with a easy and secret "water hack" to lose 2lbs every night in their sleep.

It is proven and works on anybody.

Just follow these easy step:

1) Take a glass and fill it up half full

2) And then learn this crazy HACK

and you'll become 2lbs thinner when you wake up!

Popular posts from this blog

Perbankan masa VOC

Museum Maritim Indonesia: Minidiorama dan Diorama Ruang (3)

Detik-Detik Menjelang Bubarnya Konstituante