Museum dalam masa Pandemi

Menurut survei yang dilakukan Network of European Museum Organization di 41 negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia 92 % menutup layanan kunjungannya selama masa pandemi Covid-29. Begitu halnya di Indonesia, sudah hampir dua bulan lebih museum - museum (lihat Kompas, 19/03/2020) di Indonesia menutup layanan kunjungan untuk masyarakat luas. Sebagai salah satu ruang publik terbuka, tentunya kunjungan museum dapat menimbulkan kerumunan yang berpotensi ikut menyebarkan penularan Covid-19. Sehingga dengan sigap dalam merespon himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing, museum termasuk salah satu institusi publik yang pertama kali menyatakan melawan Covid-19 dengan cara menutup layanan kunjungan dan mengubah program edukasi museum dengan menggunakan platform baru.
Sejak saat itu, kita bisa saksikan dalam media sosial, bagaimana museum-museum di Indonesia mulai gencar menggelar berbagai macam konten edukasi sesuai dengan koleksi atau core tema museum yang mereka usung. Ini adalah awal baru bagi dunia museum di Indonesia yang sebelumnya cukup pasif dalam mengelola konten dan program publik melalui platform daring. Rupanya momen pandemi Covid-19 mampu memberi pelajaran berharga bagi para pengelola museum, bahwa ada banyak cara dan platform baru yang dapat mereka gunakan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tanpa harus berinteraksi secara fisik.
Sumber : Kompas, Maret 2020
Terkait dengan perkembangan museum pada masa pandemi ini, Presiden International Council of Museum (ICOM), organisasi museum sedunia, dalam laman websitenya mengatakan “Paradoksnya, bahkan dengan pintu tertutup, museum lebih mudah diakses daripada sebelumnya. Museum menawarkan tur virtual, koleksi, video, dan sejumlah konferensi virtual yang terus bertambah setiap hari. Seolah-olah wabah COVID-19 memicu inovasi di luar solusi digital yang mengutamakan mendukung ketahanan masyarakat.” Kira-kira demikian pula adanya fenomena museum di Indonesia pada beberapa pekan terakhir.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu dalam video yang diunggah oleh istana mengatakan: “Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan.” (Kompas.com 7/05/2020) Selanjutnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam suatu video conference juga mewacanakan untuk memberikan ruang beraktivitas lebih banyak lagi bagi kelompok non-rentan atau usia di bawah 45 tahun. Untuk menghindari PHK, kelompok usia tersebut diwacanakan boleh beraktivitas di tengah pandemi dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19. (Kompas.com 11/05/2020) 
Lalu bagaimana dunia museum menaggapi dua wacana yang digulirkan oleh pemerintah itu? Apakah pengelola museum secara luwes akan menyesuaikan kebijakan layanan pengunjung dengam himbauan pemerintah terkait dengan pelonggaran social distancing yang akhir-akhir ini mulai diwacanakan? Apa sebaiknya yang dilakukan pengelola museum pada masa pandemi ini, alih-alih hanya membuka layanan museum untuk kunjungan publik?
Ramainya kunjungan museum dan area cagar budaya Kota Tua Jakarta sebelum pandemic 
(Maret, 2019)
Menurut hemat saya, momen pandemi ini secara jangka panjang, mungkin dalam waktu 6 atau 12 bulan ke depan bisa memberikan jeda istirahat bagi bangunan cagar budaya yang kebetulan digunakan untuk museum. Sebagaimana kondisi bumi saat ini, yang menurut laporan beberapa netizen mulai tampak lebih segar daripada sebelumnya, karena berkurangnya aktivitas manusia di dalamnya, demikian pula dengan bangunan cagar budaya yang selama ini selama bertahun-tahun terus dikunjungi oleh ribuan manusia dalam enam hari dalam seminggu. Demikian halnya dengan koleksi-koleksi bersejarah museum, yang selama ini harus tampil nonstop dalam pameran museum dan harus berkompromi dengan suhu udara dan cahaya yang memadai untuk kunjungan museum, untuk sementara waktu memperoleh jeda beristirahat dari rutinitas itu.
Masih menurut survei Network of European Museum Organization yang dirilis ICOM selama masa pandemi ini banyak museum kehilangan penghasilannya sekitar 75 – 80%, terutama museum-museum besar yang terhubung dengan dunia pariwisata, mereka kehilangan penghasilan dari tiket pameran dan program-program publik yang rutin diselenggarakan. Kondisi keuangan itu tentu akhirnya memangkas sejumlah program dan tenaga relawan yang biasa dilibatkan dalam program museum. Sementara itu untuk sumber daya manusia (SDM) utama, manajemen museum tetap mempertahankan mereka dengan cara melakukan alih fungsi tugas dan tanggung jawab untuk mengerjakan program-program yang dibutuhkan museum dalam masa pandemi.Penelitan sejarah atas koleksi-koleksi museum, baik secara intrinsik dan ekstrinsik tentu menjadi salah satu program yang bisa dilakukan oleh museum-museum di Indonesia pada saat ini. Penelitian atas koleksi yang lebih intens dan mendalam, nantinya akan menghasilkan kuratorial pameran museum yang lebih kaya dan menarik minat masyarakat, meski hanya dinikmati dalam bentuk daring. Koleksi museum yang selama ini hanya tampil secara statis di balik kaca-kaca fitrin, dengan caption informasi yang singkat dan terbatas, dalam bentuk konten digital akan dapat diilustrasikan lebih menarik dan informatif dari sebelumnya. Pesatnya perkembangan berbagai aplikasi digital dewasa ini sangat memungkinkan para ilustrator untuk bermain main secara kreatif dengan koleksi yang ingin ditampilkan. 


Berbagai program daring yang diselenggarakan museum selama masa pandemi
Untuk memenuhi kebutuhan menciptakan konten edukasi kreatif tersebut, selain penelitian, museum juga bisa mengerahkan kemampuan SDM-nya untuk bisa memanfaatkan berbagai aplikasi baru yang mengemas konten edukasi museum secara daring. Beberapa pelatihan keterampilan penggunaan aplikasi digital-multimedia juga dapat menjadi program andalan museum untuk mengembangkan SDM. Dengan demikian diharapkan museum akan semakin kreatif dalam memproduksi konten edukasi dan program daringnya selama masa pandemi. 
Terkait dengan kehadiran secara daring ini, dalam riset yang dirilis ICOM tersebut juga menunjukkan bahwa lebih 70% museum di dunia meningkatkan aktivitas media sosial mereka, dan 80% diantaranya menggunakan facebook, 20% lainnya menggunakan instagram.  Demikian halnya di Indonesia, terutama museum-museum yang dikelola oleh pemerintah dan museum swasta terkemuka, pada masa pandemi ini terlihat banyak menggunakan media sosial secara lebih aktif dari sebelumnya. Berbagai konten tentang edukasi, koleksi privat museum, dan tema-tema penting lainnya mereka kemas dalam bentuk tour virtual, video conference, atau game interaktif yang mereka daringkan melalui media sosial seperti facebook, Instagram, dan twitter. 
Perkembangan daring dunia permuseuman ini, tampaknya juga mendapatkan sambutan yang menarik dari masyarakat luas. Dalam kebosanan dan kejenuhan masa isolasi di rumah masing-masing, baik untuk kegitan belajar maupun bekerja. Kanal media sosial atau website milik museum menjadi salah satu alternatif laman dunia maya yang mereka kunjungi selama ini. Merujuk kepada data survei yang dirilis ICOM tersebut di atas juga diketahui bahwa 40% dari museum yang mengikuti survei menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan kunjungan daring. Diantara jumlah itu, tercatat 41% diantaranya mengalami peningkatan 20% tiap minggu untuk kunjungan website mereka, lalu 38% menyatakan peningkatan hingga 50% tiap minggu, dan 13% diantaranya menyatakan mengalami peningkatan hingga 500% tiap minggu! Semoga angka-angka statistik tersebut juga dapat dialami museum-museum di Indonesia.
Petugas berjaga di salah satu pintu ruang Museum Jakarta (Maret, 2020)
Selanjutnya, hal terakhir yang perlu menjadi perhatian museum dalam masa pandemi ini adalah perhatian pengelola terhadap perawatan dan pengamanan koleksi museum. Sebagai institusi yang memiliki tugas utama dalam menyimpan dan merawat koleksi bersejarah, dalam masa tanpa kunjungan ini, justru pengelola museum harus lebih memperhatikan perawatan dan keamanan koleksi. Banyak waktu dalam masa tanpa kunjungan ini yang bisa dilakukan museum untuk melakukan perawatan koleksi agar dapat memiliki masa pamer yang lebih lama lagi, lestari sepanjang waktu. Dalam pengamanan, pengelola museum harus menjamin keamanan koleksi-koleksi museum dari tindak pencurian atau pemalsuan yang mungkin saja terjadi dalam masa pandemi.
Tidak adanya kunjungan, porsi kontrol publik terhadap koleksi-koleksi museum, tentu saja menjadi berkurang dari masa sebelumnya. Dalam hal ini, pengelola museum, terutama museum-museum pemerintah harus mampu memberikan jaminan keamanan koleksi terhadap masyarakat. Suatu sistem supervisi yang akuntabel dan kredibel harus secara berkala dilakukan oleh pemerintah dalam mengawasi kebijakan keamanan koleksi – koleksi bersejarah  yang tersimpan di museum-museum pemerintah di seluruh pelosok negeri. Dengan demikian, kita berharap museum akan tetap bertahan dan terus berkembang pada masa pandemi dan masa-masa sesudahnya. 
Note:

Sumber: Kompas, Maret 2020

Comments

EBO GAMINGS said…

Ebobet merupakan situs slot online via deposit pulsa aman dan terpercaya, Dengan menggunakan Satu User ID bisa bermain semua game dari Bola, Live Casino, Slot online, tembak ikan, poker, domino dan masih banyak yang lain.

Sangat banyak bonus yang tersedia di ebobet di antaranya :
Bonus yang tersedia saat ini
Bonus new member Sportbook 100%
Bonus new member Slot 100%
Bonus new member Slot 50%
Bonus new member ALL Game 20%
Bonus Setiap hari 10%
Bonus Setiap kali 3%
Bonus mingguan Cashback 5%-10%
Bonus Mingguan Rollingan Live Casino 1%
Bonus bulanan sampai Ratusan Juta
Bonus Referral
Minimal deposit hanya 10ribu

Popular posts from this blog

Perbankan masa VOC

Detik-Detik Menjelang Bubarnya Konstituante

Museum Maritim Indonesia: Minidiorama dan Diorama Ruang (3)